Monday 9 February 2009

Kemacetan di Kendal Belum Terurai

SEMARANG- Harapan masyarakat agar banjir segera surut masih sulit terwujud. Faktanya, genangan di jalur pantura bukannya berkurang, justru kian bertambah kemarin.

Bahkan, ruas Jl Raya Kaligawe yang telah ditinggikan pun tak luput dari genangan. Di sisi lain, prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah menunjukkan, curah hujan di sejumlah daerah masih terbilang tinggi.

Hal itu menuntut kewaspadaan masyarakat, khususnya yang berada di jalur pantura kemungkinan datangnya banjir susulan.

Pantauan Suara Merdeka, Senin (9/2), genangan menghambat arus lalu lintas di Jl Raya Kaligawe. Genangan itu terjadi sekitar dua kilometer, mulai dari terowongan tol Kaligawe hingga pertigaan Posis.

Kondisi terparah berada di ruas antara jembatan Kali Tenggang hingga Sungai Banjirkanal Timur, dengan kedalaman mencapai 70 centimeter.
Banjir itu membuat akses dari luar dan ke dalam Kota Semarang terhambat. Angkutan umum dari arah kota menuju ke timur terhenti di pertigaan Posis, persimpangan Jl Raden Patah-Jl Kaligawe-Jl Pengapon. Sementara, kendaraan dari arah timur terhenti di sebelah timur jembatan Kali Tenggang.

Akibatnya, ratusan penumpang terpaksa berjalan kaki sekitar satu kilometer ke tempat tujuan masing-masing.

Hal itu juga menyebabkan antrean panjang kendaraan dan membuat arus lalu lintas semrawut. Pada saat yang sama, sejumlah pengendara sepeda motor yang nekat menerjang banjir terpaksa mendorong kendaraan mereka yang mogok.

Genangan itu berasal dari limpasan Kali Tenggang yang tidak bisa menampung penambahan debit air akibat hujan deras. Terlebih lagi, elevasi sungai yang belum rampung dinormalisasi itu kian tinggi, akibat masuknya rob atau air pasang dari Laut Jawa.

Catatan Suara Merdeka, banjir tersebut merupakan kali pertama sejak Jl Raya Kaligawe ditinggikan oleh Bina Marga Jateng, pertengahan tahun lalu. Sebelum ditinggikan sekitar 80 centimeter, selama bertahun-tahun jalur utama pantura itu termasuk daerah langganan banjir.

Curah Hujan Tinggi

Sementara itu, prakiraan BMKG Jawa Tengah menyebutkan, curah hujan dengan intensitas tinggi akan meluas ke arah selatan. Awan dan hujan bergerak ke wilayah Jateng bagian tengah dan selatan, seperti Ungaran, Wonosobo, Sragen, dan Magelang.

’’Intensitas curah hujan yang tinggi akan meluas ke bagian tengah dan selatan Jateng,’’ kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Lutfiati.

Dia menjelaskan, hal itu terjadi karena dipengaruhi adanya tropical cyclon freedy yang berada sekitar 1.330 km sebelah selatan-barat daya Cilacap bergerak menjauhi wilayah Indonesia. Namun, konvergensi masih aktif dan peluang hujan lebat dan angin kencang masih akan terjadi. ’’Sebab, tekanan rendah di Teluk Carpentaria, Australia, menguat,’’ imbuhnya.

Jalur Pantura

Hingga semalam, kemacetan masih terjadi di jalur pantura Kendal. Meski banjir di jalur tersebut telah surut, semalam terlihat ada antrean puluhan kendaraan bermotor yang didominasi truk-truk besar.

Arus lalu lintas merambat pelan, khususnya pada lajur selatan jalur pantura, mulai dari batas Kota Kendal sebelah timur hingga di depan Polres Kendal. Panjang antrean tersebut mencapai sekitar tiga kilometer.

Kondisi berbeda terjadi pada jalur pantura dari arah Weleri, yang terlihat relatif lengang dan lancar. Kemacetan dari arah barat ini sudah bisa diurai sejak Minggu (8/2) malam.

’’Saat ini, antrean mobil-mobil besar relatif hanya terlihat dari arah timur. Untuk mengurai kemacetan di jalur pantura tersebut, sore tadi (kemarin-Red) kami memberlakukan tiga jalur di Kota Kendal,’’ kata Kapolres Kendal AKBP Drs Naufal Yahya melalui Kasatlantas AKP Hendro Widyanto SIK.

Tiga jalur pengurai kemacetan tersebut, yakni ke jalan tembus atau Jl Tentara Pelajar, Jl Pemuda, dan memberlakukan jalur dua arah di jalan protokol Kota Kendal. ’’Jalur protokol di tengah Kota Kendal, yang selama ini hanya untuk arus lalu lintas satu arah dari barat, untuk sementara difungsikan untuk dua arah dari barat dan timur. Upaya ini ditempuh untuk segera mengurai kemacetan dari arah timur,’’ terangnya.

Kasatlantas menambahkan, jalur pantura lebih dikhususkan untuk mobil-mobil besar, seperti truk dan bus. Adapun untuk kendaraan kecil dan mobil pribadi telah dialihkan ke sejumlah jalur alternatif. Arus lalu lintas dari arah Semarang, dialihkan menuju Kaliwungu-Boja-Singorojo-Sukorejo-Weleri-Batang (dari Sukorejo arus lalu lintas bisa ke Temanggung--Red).

Namun, akibat tebing longsor di wilayah Desa Pagergunung, Pageruyung, di jalur alternatif Sukorejo-Weleri hanya bisa dilintasi kendaraan-kendaraan kecil. Sementara, jalur alternatif Kaliwungu-Srogo-Ngampel-Pegandon-Gemuh-Weleri, hingga sore kemarin belum bisa difungsikan optimal.

’’Genangan banjir di sekitar Srogo dan Sudipayung masih cukup dalam,’’ ungkapnya.
Penyebab kemacetan lalu lintas di jalur pantura Kendal disebabkan sejumlah lokasi yang tergenang banjir. Yakni, depan kantor kecamatan Kota Kendal hingga Mapolres, pertigaan jalur tembus Kebondalem, pertigaan Ketapang, perempatan Bank BNI Jl Pemuda dan Jl Waluyo. Bahkan, kedalaman genangan air di perempatan BNI masih mencapai 40 centimeter.

Banjir yang merendam sejumlah perkampungan penduduk, semalam juga mulai surut. Kendati demikian, warga diharapkan tetap menjaga kewaspadaan, mengingat sejak sore kemarin daerah Kendal bagian atas diguyur hujan deras.

’’Kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan debit air di sejumlah aliran sungai kembali naik, dan ancaman banjir di daerah bawah akan terjadi,’’ papar Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Pemkab Kendal Ir Sugiono MT.
Dana Tanggap Bencana

Penanganan infrastruktur yang rusak pascabanjir tidak bisa dilakukan secara cepat. Pasalnya, anggaran penanganan yang bersumber pada APBN/ APBD baru bisa cair sekitar Maret.

Sekretaris Komisi D DPRD Jateng M Riza Kurniawan menyatakan, permasalahan ini secara langsung menghambat proses perbaikan. Namun demikian, pemerintah juga tidak bisa serta merta menggunakan anggaran karena memang aturannya menuntut harus taat waktu.

’’Di satu sisi ada ketaatan waktu dalam penggunaan anggaran. Tetapi di sisi lain dengan kondisi serbatidak terduga ini, menuntut perbaikan secepatnya agar tidak memakan korban,’’ kata dia.

Oleh karena itu, menurut dia, Gubernur bisa menggunakan dana tanggap bencana. Ada dua pos anggaran yang bisa digunakan yakni melalui dana taktis Rp 25 miliar dan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebesar Rp 12,5 miliar.

’’Dana tersebut bisa digunakan, tapi sifatnya hanya swakelola. Tentunya kabupaten/kota berkoordinasi dengan BPBD, bila membutuhkan bantuan langsung,’’ ungkapnya.

Dia mengatakan, efek kerusakan jalan setelah bencana banjir, akibat terjadi abrasi akan menimbulkan tingkat kerugian yang sangat besar. Posisi kemacetan akan sangat tinggi, sehingga high cost economy pasti terjadi. Menurutnya, masalah infrastruktur pascamusibah banjir memerlukan rancangan makro, mengingat kejadian ini selalu berulang.

Lebih lanjut diuraikan, total alokasi APBD menyangkut persoalan pekerjaan umum sekitar Rp 543 miliar. Anggaran itu terdistribusi pada Bina Marga sebesar Rp 348 miliar, Cipta Karya Rp 73 miliar, dan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) sebesar Rp 118 miliar.

’’Khusus pada pengelolaan sungai yang ditangani PSDA teralokasikan Rp 56 miliar. Meliputi normalisasi pengendalian pada Balai Pengendalian Pemali-Comal, Jragung, PSDA Serang-Lusi, PSDA Bengawan Solo, PSDA Probolo, dan PSDA Serayu-Citanduy.’

Posting sebelumnya : KH Mastur Hasan Pimpin NU Sukorejo

No comments:

Post a Comment